Makan Nasi dan Mi Bersamaan? Pakar Gizi Ungkap Risikonya

nasi dan mi

Makan Nasi dan Mi Bersamaan? Pakar Gizi Ungkap Risikonya

1Buy Celebrex Online – Kebiasaan mengonsumsi nasi dan mi secara bersamaan masih sangat populer dan umum dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Meski terasa mengenyangkan, pakar gizi dari Universitas IPB memperingatkan adanya risiko kesehatan jangka panjang dari pola makan ini. Dosen Program Studi Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, Sekolah Vokasi Universitas IPB, Rosyda Dianah, SKM, MKM, menjelaskan kombinasi dua sumber karbohidrat ini berpotensi menimbulkan ketidakseimbangan gizi.

“Kombinasi ini berisiko menimbulkan ketidakseimbangan gizi dan berbagai gangguan kesehatan jika tidak diimbangi dengan asupan gizi lain,” ujarnya, dikutip dari laman resmi IPB University, Senin (11/8/2025).

Karbohidrat Dominan, Protein dan Lemak Rendah

Rosyda menambahkan, mengonsumsi nasi dan mi dalam porsi seimbang sebenarnya membuat karbohidrat mendominasi hingga 80 persen dari total energi harian. Sementara protein dan lemak sehat tetap rendah. Perhitungan menunjukkan bahwa 150 gram nasi dan 100 gram mi menghasilkan sekitar 401 kkal energi. Selain itu, juga 82 gram karbohidrat, 7 gram protein, dan hanya 2 gram lemak.

“Baca Juga: Urgensi KB, Sekjen Kemenkes Soroti Perlindungan Kesehatan Ibu dan Anak”

Angka tersebut jauh dari pedoman Isi Piringku, yang merekomendasikan 50 persen sayur dan buah, serta 50 persen gabungan karbohidrat dan protein. “Konsep Isi Piringku merupakan pembaruan dari ‘4 Sehat 5 Sempurna’ yang memberikan panduan visual sederhana tentang porsi makan sehat sesuai kebiasaan masyarakat Indonesia,” jelasnya.

Risiko Gangguan Metabolik

Konsumsi nasi dan mi secara rutin dalam jangka panjang bisa memicu berbagai gangguan metabolik. Gangguan ini seperti obesitas, resistensi insulin, dislipidemia, dan inflamasi kronis. “Kelebihan karbohidrat sederhana dari nasi putih dan mi instan meningkatkan indeks glikemik dan lonjakan gula darah. Jika tidak dibarengi protein dan serat cukup, efeknya bisa bertahan lama,” kata Rosyda. Kekurangan protein dan lemak sehat juga menurunkan hormon pengatur nafsu makan. Ini seperti leptin dan peptida YY, sehingga meningkatkan rasa lapar berulang dan konsumsi kalori berlebih, terutama dari karbohidrat sederhana.

Alternatif Menu Sehat

Untuk mengurangi risiko tersebut, Rosyda menyarankan beberapa alternatif menu:

  • Nasi setengah porsi dengan lauk hewani dan nabati serta sayur.
  • Ubi rebus dilengkapi protein seperti telur atau kacang-kacangan ditambah sayur.
  • Mi shirataki dengan protein dan sayuran sebagai menu rendah karbohidrat.

“Prinsipnya adalah menyeimbangkan piring makan sesuai pedoman Isi Piringku. Pastikan karbohidrat tidak lebih dari seperempat bagian piring, dan lengkapi dengan protein, lemak sehat, serta serat dari sayuran dan buah,” tambah Rosyda. Dengan membiasakan pola makan seimbang, risiko gangguan metabolik akibat konsumsi nasi dan mi bersamaan dapat diminimalkan. Ini sekaligus menjaga kesehatan tubuh jangka panjang.

“Simak Juga: USU Luncurkan ABDIMAS 2025 untuk Dorong Ekonomi dan Diversifikasi Perdagangan”

    Read Previous

    Rahasia Gigi Tahan Karies dengan Topikal Fluoride

    Read Next

    Beras Warna dari Yogyakarta, Solusi Sehat untuk Penderita Diabetes